IMPERIALISASI BARAT DAN
KEBANGKITAN KEMBALI DUNIA ISLAM
A. Renaisans
di Eropa
Pada awal
kebangkitannya, Eropa menghadapi tantangan yang sangat berat, karena ia harus
berhadapan dengan kekuatan-kekuatan perang Islam yang sulit dikalahkan,
terutama kerajaan Usmani yang berpusat di Turki. Tidak ada jalan lain, mereka
harus menembus lautan yang dianggap sebagai pembatas ruang gerak mereka (
Stoddard, 1966:25 ). Setelah jalan melalui laut telah ditemukan oleh Cristoper
Colombus ( 1492 M ) menemukan benua Amerika dan Vasco da Gama menemukan jalam
ke Timur melalui Tanjung Harapan ( 1498 M ) benua Amerika dan kepulauan Hindia
segera jatuh ke bawah kekuasaan Eropa, maka Eropa tidak lagi tergantung kepada
jalur lama yang dikuasai umat Islam sehingga perdagangan maju di Eropa.
Kemudian terjadilah perputaran nasib dalam sejarah seluruh umat manusia (
Stoddard, 1966 : 26 ).
Perekonomian
bangsa-bangsa Eropa semakin maju, bahkan kemajuan mereka telah melampui
kemajuan Islam yang sejak lama mengalami kemunduran. Teknologi perkapalan dan
militer berkembang dengan pesat, sehingga Eropa menjadi penguasa lautan dan
bebas melakukan kegiatan ekonomi dan perdagangan ke seluruh Dunia. Bahkan ,
satu demi satu negeri Islam jatuh ke bawah kekuasaannya sebagai negeri jajahan.
Negeri-negeri
Islam yang pertama dapat dikuasai Barat adalah negeri Islam di Asia Tenggara
dan di Anak Benua India, kemudian negeri-negeri Islam di Timur Tengah yang
berada di bawah kekuasaan Kerajaan Usmani, karena meskipun mengalami kemuduran,
ia masih disegani dan dipandang masih cukup kuat untuk berhadapan dengan
kekuatan militer Eropa waktu itu.
Dengan
jatuhnya kerajaan Mughal ketangan Hindu, maka sempurnalah kemunduran Dunia
Islam. sebaliknya Dunia Barat makin kuat dan suka menerkam Dunia Islam, karena
itu satu persatu Dunia Islam dikuasai oleh Barat. Masa itu populer disebut
zaman imprialisme, inilah masa arus balik pengaruh Islam di Eropa, sebab
Islamlah yang menanghantarkan Brarat memasuki masa kebangkitan kembali ( renaisans
). Sedangkan Islam sendiri saat itu terperangkap dalam kemewahan dan kekuasaan
belaka, sehingga lalai dalam mengembangkan kebudayaan dan peradabannya, serta
penguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
Karena itu
dapatlah dikatakan bahwa kekalahan Dunia Islam pada zaman Tiga kerajaan besar
itu disebabkan oleh keadaan dimana Dunia Islam mengabaikan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
B.
Imperialisme Barat terhadap Dunia Islam
Dengan
melemahnya kekuatan politik dan militer Islam maka lahirlah babak baru dalam
sejarah Dunia Islam, yaitu babak penjajahan Barat terhadap Dunia Islam,
sebagaicounter gerakan Dunia Islam yang terwujud dalam gerakan sporadis dari
setiap wilayah yang dijajah karena ingin merdeka, sebab kekuatan integratif
maupun kordinatif yang mempersatukan Islam sudah tidak mendapat legitimasi dari
masyarakat Islam. Sementara itu, masa depan Islam bertumpu pada sejauh mana
kekuatan Islam melakukan perlawanan, kendati bersifat lokal.
India ketika
berada pada masa pemerintahan Mughal adalah negeri yang kaya dengan hasil
pertanian. Hal itu mengundang Eropa, yang sedang mengalami kemajuan berdagang
kesana. Awal abad ke-17, Inggris dan Belanda mulai menginjakkan kaki di India.
Tahun 1611 M, Inggris mendapat izin menanamkan modal, dan tahun 1617 M Belanda
mendapat izin yang sama. Akhirnya, pada tahun 1899 M kesultanan Muslim
Baluchistan jatuh di bawah kekuasaan India-Inggris, yang memang sebelumnya
telah diincarnya. Asia Tenggara, negeri tempat Islam baru mulai berkembang,
merupakan daerah rempah - rempah terkenal pada masa itu dan menjadi ajang
perebutan negara-negara Eropa. Kekuatan Eropa malah lebih awal menancapkan
kekuasaannya di negeri ini. Hal ini dimungkinkan karena dibandingkan dengan
Mughal, kerajaan - kerajaan Islam di Asia Tenggara lebih lemah sehingga dengan
mudah dapat ditaklukkan.
Kerajaan
Islam Malaka yang berdiri pada awal abad ke-15 M di Semenanjung Malaya yang
strategis dan merupakan kerajaan Islam kedua di Asia Tenggara setelah Samudera
Pasai, di taklukkan Portugis tahun 1511 M. Pada tahun 1521 M, Spanyol datang ke
Maluku dengan tujuan dagang. Spanyol berhasil menguasai Filipina, termasuk di
dalamnya beberapa kerajaan Islam, seperti Kesultanan Manguindanao, Kesultanan
Buayan, dan Kesultanan Sulu. Bahkan, Abad ke-19 M, Inggris menguasai seluruh
Indonesia untuk jangka waktu yang tidak terlalu lama.
Sebagaimana
di India, di Asia Tenggara kekuasaan politik negara-negara Eropa berlanjut
terus sampai pertengahan abad ke-20 M, ketika negeri - negeri tersebut
memerdekakan diri dari kekuasaan asing. Ekspansi Barat ke Timur Tengah di mulai
ketika Kerajaan Usmani mengalami kemunduran sementara Barat mengalami kemajuan
di segala bidang, seperti perdagangan, ekonomi, industri perang dan teknologi
militer. Meskipun demikian, nama besar Turki Usmani masih disegani oleh Eropa
Barat sehingga mereka tidak melakukan penyerangan ke wilayah-wilayah kekuasaan
kerajaan Islam. Namun, kekalahan besar Kerajaan Usmani dalam menghadapi
serangan Eropa di Wina tahun 1683 M menyadarkan Barat bahwa Kerajaan Usmani telah
mundur jauh sekali. Sejak itulah Kerajaan Usmani berulangkali mendapat serangan
- serangan besar dari Barat (Stoddard, 1966:26).
C.
Kebangkitan Kembali Dunia Islam
Benturan-benturan
antara Islam dan kekuatan Eropa telah menyadarkan umat Islam bahwa mereka
memang jauh tertinggal dari Eropa. Yang pertama merasakan hal itu diantaranya,
Turki Usmani, karena kerajaan ini yang pertama menghadapi kekuatan Eropa.
Kesadaran itu memaksa penguasa dan pejuang - pejuang Turki banyak Belajar dari
Eropa. Pada pertenganahan abad ke-20 M Dunia Islam bangkit memerdekakan
negerinya dari penjajahan Barat. Periode ini merupakan zaman kebangkitan
kembali Islam, setelah mengalami kemunduran di periode pertengahan.
Dengan
demikian yang dimaksud dengan kebangkitan Islam adalah kristalisasi kesadaran
keimanan dalam membangun tatanan seluruh aspek kehidupan yang berdasar atau
yang sesuai dengan prinsip Islam. Makna ini mempunyai implikasi kewajiban bagi
umat Islam untuk mewujudkannya melalui gerakan - gerakan, baik di bidang politik,ekonomi,
sosial, dan budaya.
Usaha untuk
memulihkan kembali kekuatan Islam dikenal dengan sebutan gerakan pembaharuan.
Pada periode ini mulai bermunculan pemikiran pembaharuan dalam Islam. Gerakan
pembaharuan itu muncul karena dua hal antara lain :
1.
Timbulnya kesadaran di kalangan
ulama bahwa banyak ajaran - ajaran “asing” yang masuk dan diterima sebagai
ajaran Islam.
Ajaran -
ajaran tersebut bertentangan dengan semangat ajaran Islam yang sebenarnya,
sepert bid’ah, khurafat dan takhyul. Ajaran inilah yang menyebabkan Islam
menjadi mundur. Oleh karena itu, mereka bangkit membersihkan Islam dari ajaran
atau paham tersebut. Gerakan ini dikenal sebagai gerakan reformasi.
Adapun
gerakan-gerakan pembaharuan tersebut sebagai berikut :
·
Gerakan Wahhabiyah yang dipelopori
oleh Muhammad ibn Abdul al-Wahhab ( 1703 - 1787 M) di Arabia.
·
Grakan Syah Waliyullah ( 1703 - 1762
M ) di India.
·
Gerakan Sanusiyyah di Afrika Utara
yang dipimpin oleh Said Muhammad Sanusi dari Aljazair.
2.
Pada periode ini Barat mendominasi
Dunia di bidang politik dan peradaban.
Persentuhan
dengan Barat menyadarkan tokoh - tokoh Islam akan ketinggalan mereka. Karena
itu, mereka bangkit dengan mencontoh Barat dalam masalah-masalah politik dan
peradaban untuk menciptakan balance of power.
Adapun langkah
yang diambil berupa pengiriman para pelajar Muslim oleh penguasa Turki Usmani
dan Mesir ke negara-negara Eropa untuk menimba ilmu pengetahuan dan
menerjemahkan karya - karya Barat ke dalam bahasa Islam. Gerakan pembaharuan
itu kemudian memasuki Dunia politik. Gagasan politik yang pertama kali muncul
adalah gagasan Pan-Islamisme (persatuan Islam sedunia) yang mulamula
didengungkan oleh gerakan Wahhabiyah dan Sanusiyah ( Syalabi, 1988 : 107 ).
Namun, gagasan ini baru disuarakan dengan lantang oleh Jamaluddin al-Afghani (
1839 - 1897 M ). Al-Afghani adalah orang pertama yang menyadari akan dominasi
Barat dan bahayanya. Oleh karena itu, dia memperingatkan Dunia Islam akan hal
itu dan melakukan usaha-usaha untuk pertahanan ( Syalabi, 1988 : 61 ).
Menurutnya, umat Islam harus meninggalkan perselisihan-perselisihan dan
berjuang di bawah panji bersama. Disamping itu, ia juga membangkitkan semangat
lokal dan nasional negeri - negeri Islam. Karena itu, al-Afghani dikenal
sebagai bapak Nasionalisme dalam Islam.
Akhirnya
gagasan Pan-Islamisme menjadi redup ketika al-Afghani tidak didizinkan berbuat
banyak di Istambul oleh Sultan Kerajaan Usmani, Abdul al-Hamid II ( 1876 - 1909
M ) karena dianggapnya menjadi duri bagi kekuasaan sultan dan kalahnya Turki
Usmani bersama sekutunya, Jerman dalam Perang Dunia I dan kekhalifahan
dihapuskan oleh Mustafa Kemal, tokoh yang justru mendukung gagasan
nasionalisme, rasa kesetiaan kepada negara kebangsaan.
Di Mesir,
benih-benih gagasan nasionalisme tumbuh sejak masa al-Tahtawi ( 1801 - 1873 M )
dan Jamaluddin al-Afghani. Tokoh pergerakan terkenal yang memperjuangkan
gagasan ini di Mesir adalah Ahmad Urabi Pasha.
Di bagian
Arab lainnya lahir gagasan nasionalisme Arab yang segera menyebar dan mendapat
sambutan baik, sehingga nasionalisme terbentuk atas dasar kesamaan bahasa.
Demikian ini yang terjadi di Mesir, Syiria, Libanon, Palestina, Iak, Hijaz,
Afrika Utara, Bahrein dan Kuwait. Semangat persatuan Arab ini diperkuat pula
oleh usaha Barat untukmendirikan negara Yahudi di tengah-tengah bangsa
Arab dan di negeri yang mayoritas dihuni Arab.
Di India,
gagasan Pan-Islamisme dikenal dengan gerakan khilafat. Syed Amir Ali (
1848-1928 M ) adalah salah seorang pelopornya. Namun gerakan ini akhirnya
pudar, yang populer adalah gerakan nasionalisme yang diwakili oleh Partai
Kongres Nasional India. Gagasan nasionalisme ini pun akhirnya ditinggalkan
berubah menjadi Islamisme. Benihbenih gagasan Islamisme dilontarkan oleh Sayyid
Ahmad Khan ( 1817 - 1898 M ), kemudian mengkristal pada masa Iqbal (1876 - 1938
M) dan Muhammad Ali Jinnah ( 1876-1948 M ) ( Nasution, 1988 :165 - 205 ).
Sedangkan di
Indonesia, partai politik besar yang menentang penjajahan adalah Sarekat Islam
( SI ), didirikan tahun 1921 di bawah pimpinan HOS Tjokroaminoto. Partai ini
merupakan kelanjutan dari Sarekat Dagang Islam yang didirikan oleh H. Samanhudi
tahun 1911. Kemudian berdirilah partai-partai politik lainnya, seperti Partai
Nasional Indonesia (PNI), didirikan oleh Sukarno ( 1927 ), Pendidikan Nasional
Indonesia ( PNI - baru ), didirikan oleh Mohammad Hatta (1931), Persatuan
Muslimin Indonesia ( Permi ) yang menjadi partai politik tahun 1932, dipelopori
oleh Mukhtar Luthfi. Demikianlah gagasan-gagasan nasionalisme dan
gerakan-gerakan untuk membebaskan diri dari kekuasaan penjajah Barat yang kafir
juga bangkit di negeri-negeri Islam lainnya.
Mencermati
akselarasi kebangkitan Dunia Islam pada masa yang akan datang, terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, tantangan yang dihadapi oleh
Dunia Islam, diantaranya adalah gerakan kristenisasi yang digarap secara
besar-besaran dalam Dunia Islam, khususnya yang terkatagori melarat. Gerakan
zionisme yang mendapat dukungan politik dan dana dari Dunia Barat kapitalisme
dan komonisme yang seringkali berkolaborasi dengan elite militer yang sedang
berkuasa dan sekularisme yang mengarap Dunia Islam melalui gerakan pemikiran
dan intelektual. Gejala ini dapat dilihat dalam kebijakan negara yang
memarginalkan kelompok elite agama dalam pemerintahan. Dan dapat pula dilihat
semakin banyaknya sarjana Muslim ( IAIN ) ke Dunia Barat dengan harapan
mende-islamisasikan masyarakat secara pemikirannya.
Kedua,
kelemahan Dunia Islam, diantaranya, lemahnya pengusaan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta lemahnya pengusaan terhadap Islam itu sendiri, misalnya
banyaknya umat Islam yang belum bisa menguasai pemahaman al-Qur’an, bahkan
banyak pula yang buta huruf membaca al-Qur’an. Pertanyaannya, bagaimana Islam
bisa bangkit kalau memahami ajaranya saja kurang sempurna. Inilah masalah yang
dihadapi umat Islam pada zaman sekrang ini. Ketiga, Salahnya Dunia Barat dalam
memahami Islam, sebab mereka memahami Islam bukan dari sumbernya tetapi dari
prilaku-prilaku pemeluk Islam yang salah pula.
Tetapi
sekarang ini ada kecenderungan Dunia Barat lebih obyektif melihat Dunia Islam,
sebab orang Barat sendiri sudah bosan dan muak melihat budayanya yang serba
materialistis, tidak mendatangkan kedamaian dan kebahagiaan. Dari sinilah
mereka mulai tertarik mempelajari Islam tanpa apriori. Kenyataan ini banyak
dibuktikan banyaknya orang Barat yang masuk Islam, baik dari kalangan budayawan
maupun lainnya ( Yatim,
2003 : 187 - 189 ).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa kelemahan kerajaan - kerajaan Islam tersebut
telah menyebabkan Eropa dapat menguasai, menduduki dan menjajah negeri-negeri
Islam dengan mudah.
Pendek kata
kebangkitan Dunia Islam akan lahir apabila pemahaman dan komitmen terhadap
ajaran Islam merata di kalangan
masyarakat Islam, sehingga dalam diri mereka tersimpul keinginan untuk
mengaktualkan Islam dalam pentas kehidupan bernegara. Hal lain yang tak kalah
penting adalah penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa dua kriteria
itu tidak mungkin lahir kebangkitan Islam kembali.
B. Saran
Dengan kita
pelajari makalah ini alangkah baiknya kita menjaga dan memajukan selalu
perkembangan dunia islam, karna islam adalah agama yang damai.
DAFTAR PUSTAKA
Din
Syamsuddin, Islam dan Politik Era Orde Baru (Jakarta: logos Wacana Ilmu, 2001)
.
Musrifah
Sunanto, SejarahPeradaban Islam Indonesia (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2005).
Noer
Iskandar, Pemikiran Politik Islam Modern dan Kontemporer, (e-book) diupdate
tanggal 1 Juni 2012.
Ahmad Nur Fuad, Interrelasi Fundamentalisme Dan
Orientasi Ideologi Gerakan Islam Kontemporer (e-book) diupdate tanggal 1 Juni
2012.
Komentar
Posting Komentar